Friday, January 31, 2014

Sajak 1/2 Malam














"Tak ada lagi yang perlu kamu lakukan
  Cukup pejamkan kedua bola mata indah mu
  Dan tertidurlah dalam lelapmu
  Sudah cukup lelah yang kau rasakan hari ini
  Biarkanlah rajutan mimpi mimpi indah mu
  Membelai mu malam ini"
Sesederhana  ucapan itu,
Seindah lukisan langit di 1/2 malam ini,
Membentang diantara kerlip bintang 
Kau hadir di 1/2 malam ini,
Menggetarkan raga yang sedang letih ,,
Yang merangkak dari penatnya hari...

Seraya melipur lara hati yang sedang kalut...
Dari endapan rasa gundah ku ....

Di 1/2 malam ini, 

Kau kirim secercah harapan
Lewat untaian kalimat bermakna...
Di 1/2 malam ini,,
Ku nanti hadirmu lewat mimpi,,,


*) Terinspirasi dari seseorang yang lebih berarti dari tulisan ini
|  Story of A Little Pen


Karena Tulisan, Aku Menulis

Aku suka kata kata itu ..
Kata kata yang tersusun rapi ...
Kata kata yang menguntai sederet makna ..
Aku suka kata kata itu ...
Ada yang tersirat didalamnya.

Aku suka tulisan itu...
Kadang bercerita tentang cinta...
Kadang iya buat ku tersenyum lewati malam, 
Aku suka tulisan itu,
Seakan ia tertawa bersamaku...

Kamu,, 
Iya kamu si penulis itu..
Aku bisa mengenali mu..
Lewat susunan kata yang kau untai
Kamu pasti seindah tulisan itu..

Hei, kamu...
Biarkan aku jadi pengagummu...
Biarkan ku resapi kata demi kata ..
Menyingkap rasa yang kau selipkan didalamnya..
Sampai habis malam malam ku...

Aku suka tulisan itu ...
Begitu indah kata katanya...
Karena nya aku pun menulis,
Ku untai kata demi kata ...
Ku gambarkan kekagumanku atasnya...

Aku benar benar suka tulisan itu ...
Dan karena tulisan itu, aku menulis ..

*) Thursday 30th January 2014, Story of A Little Pen



Thursday, January 30, 2014

Gadis Manis Pencuri Hati Part II


Masih Malu Tapi Mau ...
Siang ini, setelah memindahkan jadwal perkuliahan dari papan pengumuman, aku duduk bersandar di deretan bangku panjang berwarna biru tua di lobi jurusan. Tiba tiba saja aku mendengar bunyi "tiitt...tiitt tiitt..tiitt.." diikuti dengan getaran. Aku mencoba merogoh saku celana depan ku mencoba mecari sumber suara itu. Benar saja, aku menerima sebuah pesan singkat, isinya pun cukup singkat, "kak, aku lagi istrahat. Kk lagi dimana ?". Ternyata itu pesan dari Tika, begitu aku memanggilnya, si gadis misterius itu.

Tanpa me-replay pesan singkat darinya, aku langsung melangkah menapaki anak tangga menuju lantai 3 tempat dia dikumpulkan bersama dengan mahasiswa baru lainnya. Dari kejauhan, menembus kaca bening dari pintu ruangan, aku sudah dapat mengenali parasnya begitu jelas. Meskipun dari sekumpulan orang yang ada disitu semuanya bereseragam hitam putih. Ku terus berjalan mendekati pintu kaca itu, lama ku pandangi dari arah belakang, menunggu dia berbalik dan melontarkan senyum manis itu lagi. Setelah beberapa waktu berdiri di antara wajah wajah lugu berseragam hitam putih itu, kusadari bahwa dia begitu asik bercengkrama, mungkin dengan orang yang baru saja dia kenal. Entah harus berbuat apa, karena dirikupun masih ragu untuk memulai lebih cepat hari ini.

Aku pulang lebih awal siang ini, berhubung dosen mata kuliah ku tidak sempat hadir. Entah mengapa sesaat perasaan ku mulai gelisah, seakan ada rasa yang kuat mendorongku dari dalam bahwa siang ini sebelum pulang aku harus menemuinya. Aku pun tidak begitu paham, ku hanya bergerak, berjalan menuruti nuraniku, berjalan lagi, menapaki anak tangga satu persatu, dan akhirnya langkahku kembali terhenti tepat di depan sepasang pintu kaca itu. Di sana ku coba memberi nya petunjuk jika aku harus bertemu dia.  Kukirim sebuah pesan singkat, dan sesaat kemudian dia berbalik membalasnya dengan sebuah senyum kecil merekah diantara kedua pipinya. Sadar atau tidak, rasanya seakan ada sesuatu yang menahan ku berlama di balik pintu itu, namun sayang ku harus segera berbalik arah dan menuju persinggahan berikutnya, Rumahku.


Duniapun Berlukiskan Wajahnya
Siang ini begitu cepat berganti jadi senja yang rupawan, berlukiskan warna kemerahan dan garis garis orange di sekitarnya. Senja yang sudah siap menjemput malam yang mungkin akan terasa panjang dari malam malam sebelumnya. Sembari terhanyut dalam keindahan yang menawan itu, sebuah suara deringan menarik perhatian ku untuk segera beranjak menuju ke ruang tengah. Ku dapati sebuah pesan singkat, tak salah tafsiranku, ku tahu benar itu sebuah pesan dari Tika. Sudah menjadi kebiasaannya mengingatkan ku untuk melakukan shalat maghrib. Ku letakkan lagi benda mungil itu dan bersegera mengambil air wudhu menunaikan kewajibanku sore itu.

Selepas maghrib, malam pun menjemput dengan lukisan cakrawala langit yang begitu menawan dengan bintang bintangnya. Ku pandangi lebih dalam di keindahan itu, mencoba melukiskan kembali senyuman yang tadi ku nikmati di sepasang bibir mungil gadis itu. Perlahan demi perlahan kian membentuk wajahnya yang manis bak bunga mekar di musim semi. Kini tergambar utuh lukisan wajah nya di kanvas langit malamku, hingga akhirnya semua membuyar ketika, "tiitt... tiitt, tiitt...tiitt". Ku dengar lagi suara itu dari ruang tengah, Dengan sigap ku mencari dan lagi lagi menemukan pesan singkat dari seseorang yang baru saja aku lamunkan. "Malam kak, kakak lagi ngapain ?". Seperti biasa ku hanya membalas singkat seperti apa yang dia tanyakan. Sepertinya memang malam ini akan terasa panjang gumamku dalam hati. Benar saja malam ini ku ber SMSan ria dengan Tika. Ku mulai memupuk kedekatan dengan nya, lewat cerita, canda gurau, bahkan beberapa pembahasan tentang kuliah. 

Awal Bahagia di Penghujung September
Tidak begitu terasa waktu yang kian cepat berlalu, seakan baru kemarin aku kenal dengan Tika. Hari ini, kamis 29 september,aku sudah membuat janji dengannya di sebuah warkop kecil di tepian jalan, tidak begitu jauh dari kampus. Selepas kuliah pertama, ku coba menghubungi nomer handphonenya. Berkali kali ku coba menelvon, mengiriminya sms namun tak ada satupun dapat balasan darinya. Ku putuskan untuk menunggu sejenak di sebuah bangku kosong di sudut gedung, tepat di bawah rindangnya pohon jambu. Ku coba menebak nebak ada apa gerangan. Marahkah dia ? Sepanjang ingatan ku, aku tak pernah berbuat salah sampai pagi tadi. Sesaat kemudian, telepon seluler di saku celana ku pun berdering, ku dapati sebuah pesan singkat darinya, "Maaf kak, Tika baru selesai kuliah". Akhirnya senyum tipis merekah di wajahku melunturkan resah yang baru saja menyerangku.

Tanpa basa basi ku mereplay isi pesannya bahwa aku menunggunya. Sesaat kemudian, terlihat wajahnya yang periang itu berjalan melintasi pelataran kampus. Ingin rasanya ku berjalan menghampirinya, namun sayang, rasa itu  berbentur rasa malu yang sepertinya masih terlalu besar untuk aku taklukan. Ku hanya duduk terdiam, menanti dirinya mendekat dan menghampiriku. Sesaat kemudian Tika sudah berdiri tepat di depanku, dia mengucap sepatah kata pamit dengan teman - temannya. Ku memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan kecil, " Gimana kuliahnya tadi dek ?". Sembari melempar senyum nya yang manis itu ia memberi jawaban, " Alhamdulillah lancar kak". 

Percakapan ku dengan Tika terus berlanjut sampai kami berdua tiba di warkop kecil di dekat kampus. Setelah mempersilahkannya duduk, aku berjalanan menuju meja kasir, memesan minum dan cemilan. Perbincangan ku masih terus berlanjut, menyelipkan cerita yang baru saja terlewat kemarin sampai pagi tadi. Aku mulai mengarahkan fikiranku untuk menyatakan kata kata yang dari semalam sudah ku persiapkan dengan baik. Ku hanya tinggal menunggu momen yang tepat untuk memulai. Ku terus memperhatikan bibir manis Tika yang masih saja bercerita dengan riangnya. Perlahan degup jantung ku mulai bertambah cepat. Debarannya makin kencang, seiring rasa cemas yang mulai menggerogoti fikiranku. Kapan aku harus memotong pembicaraan dan memulai kata- kataku. 

"Tika", dia masih saja bercerita ketika aku mengucapkan namanya. "Iya kak", jawab Tika pelan. "Ada yang ingin kakak tanyakan ke Tika, boleh ngak ?". "Apa itu kak? Nanya aja ."dengan ekspresi wajah nya yang sedikit mulai penasaran. "hmm, apa yah, saya sama kamu kan udah lama berkenalan, udah berjalan sebulan lebih. Sejujurnya, saya udah nyimpan perasaan yang spesial selama ini saya dekat sama Tika. Klo Tika sendiri, sejauh ini perasaan nya gimana ?" jawabku terengah engah dengan intonasi yang lebih cepat dari nada biasanya. "Yah nyaman aja kak, seneng aja ada yang merhatiin Tika, ada yang nasehatin dan semangatin Tika kalau lagi punya masalah" jawabnya begitu santai. Sekonyong konyong aku merasa kalah dengannya yang lebih bisa menguasai rasa gugupnya berhadapan dengan orang yang dia sukai. "Syukurlah dek" tiba tiba saja lidahku beku, kaku untuk mengungkapkan sepatah kata istimewah itu di hadapan Tika."Loh, kok syukur kak ?" jawab Tika dengan nada keheranan. Dari kata katanya barusan dengan ekspresi wajahnya, aku paham betul jika bukan kata kata  itu yang dia harapkan terlontar dari mulutku. Ku coba menekan batinku, melawan kuat nya rasa gugup di lidahku, ku beranikan diri dan ...
Tika, kamu mau ngak jadi pacar kakak ? ucap ku pelan. Dengan nada bercanda Tika mencoba membalas, "Maaf kak, kakak bilang apa barusan ? Tika kurang jelas kak. "Ekhmm,, aku bilang kamu mau ngak jadi pacar kakak ? timpalku dengan nada yang sedikit keras." Klo jawabnya ngak sekarang boleh kan kak ? Tika mau fikir fikir dulu soalnya." timpalnya lagi dengan nada serius. "Ya udah, aku kasih kamu waktu sampai besok yah. Ngak pake lama, soalnya kakak malas nunggu. Sukanya yang pasti pasti aja", jawabku dengan nada sedikit kecewa. Senyum indah sekali lagi merekah di wajah manisnya itu, "ahh.. kakak serius begitu. Tika cuman bercanda. Iya aku mau kok jadi pacar kakak. Kan Tika udah sayang sama kakak." jawabnya begitu pelan mengakhiri perdebatan panjang ini. 

Kini semua berawal dengan cerita baru lagi, masih dengan pemeran yang sama namun alur dan skenario yang mungkin jauh berbeda. Hari ini ada cinta yang terselip, untuk perjalanan panjang dan tulisan kisah ku berikutnya dengan Tika. Harapan harapan pun mulai diukir satu persatu, layaknya narasi cinta Snow White And The Prince. Berharap semua berakhir bahagia, dengan cinta dan kasih sayang yang tulus di dalamnya.


***  TAMAT ***



*) wrote according to the true story

 Makassar, 30 January 2014, Gadis Manis Pencuri Hati, Story of A Little Pen

Wednesday, January 29, 2014

Tuhan, Salahku Melupakan - Mu

Dalam diamku Tuhan, hanya ada sesal ...
Meski terkadang ku tahankan air mata ...
Dalam keheningan ya Tuhan ...
Apa masih bisa ku menemukan ketenangan...
Di sudut yang paling sepi pun...
Ku masih tetap di rundung gelisah ...

Dalam diamku Tuhan, bathinku tak tenang...

Tak tentu arah dan berpaling kemana ...
Mungkin kah ku masih bisa kembali ...
Sedang cahaya pemberian-Mu mulai redup ....
Terangnya perlahan kian memudar...
Buat ku semakin terpaku dalam hitam pekat...
Merambah resah yang begitu dalam ...

Masikah aku mampu berpaling...

Menghempas semua kebatilan ini ...
Terjaga dari larut mimpiku di dunia fana ini ...
Dan jika nanti  tiba masaku harus berakhir ...
Masikah ada jalan untuk ku kembali ...

Tuhan, salahku melupakan Mu ..

Diperbudak waktu dalam kebatilan ...
Berjalan menapaki duri yang nampak indah...
Melangkah seakan waktu itu tak akan habis ...

Dan ketika semua harus berakhir ... Tuhan

Masikah ada waktu untuk ku ...
Memerangi diri dari semua kekhilafan ....
Bersembah sujud dalam khusuknya ibadahku ...
Melantunkan nada indah dari tulisan firman- Mu ...

Tuhan, ku menunduk menengadah ...

Dalam diam ini ku meminta...
Bukakan jalan menuju taubat ku ...
Aku hanya ingin pulang ....

Tuhan, khilafku melupakan Mu

Tuhan, ampunkan aku

















*) Wednesday 29th  January 2014, Story of A Little Pen

Gadis Manis Pencuri Hati Part I


Semester Baru, Gaya Baru
Hari ini adalah hari penyambutan mahasiswa baru di fakultas tempat saya kuliah. Hari pertama buatku di semester yang baru ini. Begitu cepat rasanya libur akhir semester kali ini, hmmm belum puas rasanya diriku bermanja bersama keluarga dan teman teman ku. Hari ini pagi pagi sekali aku berangkat ke kampus, baru saja jam dinding di kamarku menunjuk pukul 7.00 dan aku sudah rapi berpakaian ala mahasiswa senior tingkat dua. Tak seperti biasanya, pemandangan kampus yang ku dapati pagi ini begitu beda, apa mungkin karna aku sudah naik tingkat atau karna aku sudah menjadi seorang kakak senior. Iyya, aku baru tersadar kalau saja pagi ini penampilanku memang betul betul berbeda, pakaian putih hitam yang kukenakan sejak setahun terakhir kemarin kini sudah ku tanggalkan. Semua sepertinya terlihat beda bagiku kali ini. Bahkan cara jalan ku pun didepan kakak kakak senior yang berjejer di pelataran kampus tidak lagi tertunduk malu malu, aku dengan tegap berjalan melewati mereka, sebagian dari mereka cukup ku kenali bahkan begitu dekat.

Pelataran kampus begitu mirip papan catur dipenuhi puluhan manusia berseragam hitam putih. Ku berhenti di sebuah gazebo yang masih tak berpenghuni. Duduk disana menyaksikan kelucuan dan keluguan para mahasiswa baru itu di bully oleh kakak kakak senior. Sembari terhanyut dalam pemandangan itu, tiba tiba saja ku teringat dengan pesan singkat yang dikirim oleh seorang gadis yang tak begitu aku kenal. "Kak, besok datang kan kek kampus ? Aku mau ketemu sama kakak". Dengan sigap ku merogoh handphone di saku celana depan ku. Ku coba mebuka menu pesan dan mecari cari isi pesan semalam, begitu ku dapati, dengan sontak nya ku menekan tombol reply. Sejenak ku terdiam, tak terfikirkan apa yang hendak ku katakan. Setelah lama mempertimbangkan, ku hanya menulis beberapa kata. "Dek, kakak sudah di kampus.Kalo PMB nya sudah selesai sms kakak yah :) "

Karna Dunia Maya pun Bisa Jadi Nyata
Iya, dia memang seorang gadis yang tak begitu aku kenali. Pertemuan ku dengan nya baru sekali. Bahkan bisa terbilang singkat. Awal ku berkenalan dengan nya itu dari sebuah jejaring social, Facebook. Beberapa minggu yang lalu di saat liburan ku, ku membuka akun facebook ku. Tidak ada status spesial yang ter - update hari itu. Hanya beberapa pemberitahuan dan sebuah permintaan teman. Tanpa ada rasa penasaran sedikitpun ku mengarahkan pointer mouse komputer ku kemudian mengklik tulisan itu. "Cantika Purnama menambahkan anda sebagai teman". Tidak seperti biasanya, jika mendapati permintaan teman aku langsung membuka dan mengutak atik profilnya, mencari tahu seberapa kenal aku dengan orang itu. Namun kali ini tidak, ku langsung mengklik tulisan Confirm di layar monitorku itu. Keesokan harinya, ku kembali duduk bermalas malasan di depan komputerku, berhubung memang aku lagi sedang liburan. Setelah membuka pemutar musik dan memainkan sebuah lagu, aku langsung mengatur settingan koneksi internet ke komputer, dan "perangkat terhubung" itu kata katanya. 

Www.facebook.com, begitu aku menuliskannya dengan lengkap. Beberapa detik kemudian aku sepertinya sudah berada didunia ku yang baru, namun tidak terasa begitu nyata. Walaupun terkadang ada beberapa bagian yang bisa terwujud jadi kenyataan. Ku hanya mendapati beberapa pemberitahuan baru lagi, ada yang menarik perhatianku disitu. "Cantika Purnama mengirim sesuatu di dinding anda". Dengan segera ku membuka nya, dan ku mendapati beberapa kata yang sudah lazim "Makasih kak buat confirmasinya". Ku hanya membalas singkat. Tak lama kemudian muncul lagi sebuah pemeberitahuan baru "Cantika purnama mengomentari pesan di dinding anda". Hmm, karna sedikit dorongan rasa penasaran ku mencoba membuka itu dan kali ini ku mendapati tulisan dengan komentar yang spesifik "angkatan berapa kak ?". 

Sesaat setelah membaca komentar itu, ku coba melanjutkan apa yang dia telah mulai di sebuah obrolan facebook. Entah mengapa semenjak hari itu ku memulai beberapa hari terakhir diliburan ku dengan kebiasaan yang berbeda, ON LINE. Iyya semenjak itu ku lebih sering terpaku di depan sebuah layar monitor yang kaku, menanti sapaan dari seorang gadis misterius  yang tidak begitu aku kenali siapa dia. Seminggu setelah perkenalan itu berakhir, banyak cerita yang tertumpuk bak novel baru di musim yang baru. Mengawali dengan kebiasaan lama, saling bertukar nomer handphone, kelanjutan cerita ku ternyata tak sebatas di dunia maya. Dan seperti yang sudah kukatakan tadi, bahwa terkadang ada hal yang bisa terwujudkan di dunia nyata. 

Pertanyaan dan beberapa kumpulan cerita menjadi permulaan yang cukup menarik buat ku tuk mengenal lebih jauh lagi gadis bersuara merdu ini. Suatu saat dia menelfonku, terjadi percakapan panjang kali itu, namun lebih spesifik ke dunia kampus, karna seminggu setelah berkenalan aku tahu jika dia juga mendaftar dan lulus dijurusan yang sama dengan ku. Betapa misteriusnya gadis ini fikirku. 


To Be Continued ......


*)wrote according to the true story
















"Melangkahlah Selagi Kamu Masih Mampu...

Taklukkan Dunia Dengan Apa YAng Kamu Miliki !! 


Dan Biarkan Orang Orang Mengabadikan Jejak Langkahmu ..."

*) Wednesday, 29th January 2014, Story of A Little Pen

Sajak


















Ayah, Ibu, Maafkan Aku 

Hari ini aku sudah tumbuh dewasa
Berdiri tegak siap menapaki hari hari ku ...
Hari ini aku masih sama ....
Berdiri di sebuah tempat yang jauh di matamu ...

Ku masih ingin seperti dulu ...

Di belai dan dimanja dalam hangat pelukmu ...
Ku masih ingin menjadi anak yang lucu buatmu ...
Menjadi seorang lelaki kecil ..
Yang selalu buat senyummu merekah ...

Hari ini Ayah, Ibu,

Ku tak tahu apa tentang hidupku ...
Hampir saja aku lupa masa masa kecil itu ....
Ku tak bisa lagi mengingat detailnya ....
Ku terlalu larut dalam sibuk ku tumbuh dewasa ...

Hari ini Ayah, Ibu ...

Ku tersadar betapa jauhnya aku kini ...
Jauh dari pelukmu, dari pelupuk matamu ...
Hari ini kutermanggu dengan penyesalan itu
Yang terkadang lupa kalau kalian pun bertambah tua ...

Hari ini Ayah, Ibu

Ku baru tahu jika fikirku itu salah ...
Ku bukan lagi anak kecil itu
Yang dahulu kau jaga dan kau manja ...
Ku bukan lagi anak kecil itu ...

Ayah, Ibu, kini kusudah dewasa ...

Maaf jika ku terlalu mendambakan kelucuan masa lalu ...
Maaf jika terkadang aku lupa
Kalau hari ini bukan lagi masa lalu ...
Bukan lagi waktu kecil itu ...

Ayah, Ibu, kini ku tersadar ...

Mungkin dahulu engkau yang menjaga dan memelukku...
Dan kini aku paham bahwa sebentar lagi semua akan berubah...
Aku yang harus menjaga dan memeluk kalian ...
Aku yang akan merawat kalian...

Ayah, Ibu maafkan atas semua kelalaian ini ...

Maafkan atas semua ketidak sadaran diri ini ...
Kelupaan ku akan waktu yang begitu cepat berlalu...
Ayah, Ibu, hari ini ini ku sudah dewasa
Biarkan kini aku yang gantikan posisimu yang dahulu...

*) Wednesday 29th January 2014, Story of A Little Pen

FISIKA dan Perjuangan Ku

       Hmmm, saya mau berbagi cerita lagi sama teman teman semua, mungkin kali ini judul tulisan saya agak aneh yah. Itu kalau menurut saya, entahlah bagaimana tanggapan kalian. Yap, tulisan saya kali ini memuat cerita tentang Fisika. Eits, jangan salah tanggap dulu yah, saya bukan mau ngajarin rumus rumus kok, cuman mau berbagi pengalaman aja. Yah sekaligus buat kenang kenangan kalau saya sudah tua nanti.

     “Fisika”, dari dulu sampe sekarang pun saya masih biasa bingung sendiri, kok bisa bisanya saya yang lebih minat dan tertarik sama pelajaran bahasa inggris, setelah lulus SMA malah mendaftarkan diri ngambil jurusan Fisika ini, bener bener aneh. Mungkin seru kali yah klo sayanya flashback dulu. Di SMP dulu, saya itu mulai kenal fisika dari kelas 1. Cukup kaku sih, soalnya awal perkenalan dengan fisika itu tidak begitu mengenakkan. Setelah jam pelajaran berganti, malah disuruh masuk disebuah ruangan yang mirip gudang penyimpanan barang. Ada timbangan lah, botol botol minuman, bahkan ada pelita yang minyaknya berwarna ungu (lampu spiritus) dan masih banyak benda benda asing yang baru saja saya temui. Tapi saya akui itu tidak berlangsung lama, pada kenyataannya saya begitu cepat tertarik untuk berkenalan lebih jauh.

      Salah satu yang buat saya tertarik dengan Fisika di masa SMP dulu itu Guru saya namanya Ibu Ester (buat mengenang beliau dan jasa jasanya). Iya, seorang guru yang dari awal pertemuan sudah terlihat aneh. Kenapa saya tertarik, karena sewaktu belajar Fisika biasanya guru saya ini membagi bagikan permen, biar tidak terlalu tegang katanya, sedangkan peraturan sekolah itu tidak membolehkan siswa makan apapun  didalam kelas, nah loh kok ini malah gurunya yang ngasi permen, bener bener double  anehkan. Dan belakangan, saya baru tahu kalo Guru saya ini ada gangguan mental semenjak anaknya meninggal dunia (mengharukan…), namun begitu saya sangat sangat menghargai perjuangan beliau membagikan ilmunya. Yah itulah sepenggal kisah unik tentang apa yang saya lalui dengan Fisika di masa saya SMP.

         Perjalanan cerita berikutnya itu kembali ke masa masa saya bertemu dengan Fisika di bangku SMA. Berhubung saya sudah tahu Fisika itu siapa dan bagaimana, bukan sesuatu yang sulit buat saya meyesuaikan diri di tempat yang baru ini. Perjalanan saya dengan Fisika di kelas 1 SMA itu bisa dibilang a wonderfull experience. Mengapa ? Karena semenjak di kelas 1 SMA, Fisika masuk nominasi kategori mata pelajaran Favorit. Dengan seorang Guru tua lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, bapak Ir. Mahmuddin (untuk mengenang beliau) saya berkenalan dengan Fisika lebih jauh lagi sampai pada seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten. Dan berawal dari sinilah persahabatan saya dengan Fisika mulai merapuh. Saya menemukan betapa sulitnya bagi saya untuk mampu mengerti tentangnya* (*fisika.red) didalam persoalan yang lebih rumit dan kompleks dengan rumus – rumus. Oh God, rasanya saya ingin mencampakkannya dan membuangnya jauh jauh dari kehidupan saya. 

       Beranjak ke kelas 2 SMA, rasanya saya semakin kelam dan jauh dari Fisika ini, ditambah saya bertemu dengan Guru yang killer alias tegas dan suka marah marah. Saya berada dalam kondisi yang cukup membingungkan. Diantara perasaan yang sebenarnya tidak ingin tahu lagi tentang Fisika namun keadaan dan kondisi yang memaksakan karena saya masuk di Jurusan IPA di bangku kelas 2. Disinilah cerita kelam tentang saya dan Fisika ini dimulai. Mengikuti pelajaran normal setiap hari seperti saat di kelas 1 namun dengan perasaan yang berbeda dan tidak begitu menyenangkan. Hari hari saya cepat berlalu, melewati ulangan harian, ujian tengah smester, ujian akhir semster dan sampai saat penerimaan rapor saya selalu mendapati nilai saya yang sangat sangat tidak memuaskan. Saya merasa perjuangan saya untuk menyesuaikan diri begitu sia sia. Cerita kelam ini berlanjut hingga saya memasuki tahun ajaran baru dibangku kelas 3 SMA. Nilai mata pelajaran fisika yang tidak memuaskan selalu menjadi sesuatu yang menghantui fikiran saya. Dan lebih buruk lagi ketika menjelang Ujian Nasional yang menjadi puncak akhir cerita saya dengan Fisika di bangku SMA. Saya tetap berusaha untuk berjuang mengakhiri cerita ini namun pada akhirnya saya tetap mendapat angka 7 di Ijazah SMA untuk nilai mata pelajaran Fisika.

    Setamat SMA saya berfikir kalau penderitaan ini sudah berakhir untuk selamanya. Melangkah ke perjalanan selanjutnya di bangku kuliah, saya berniat mengambil dua pilihan jurusan, Teknik Pertambangan di Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun apa daya saya yang hanya bisa mengatur rencana namun Tuhan berkehendak lain. Paman saya yang notabene seorang dosen Fisika menawarkan beasiswa dan mengambil jurusan yang sama, FISIKA. Oh GOD rasanya saya ingin berteriak sekeras kerasnya mendapati kenyataan pahit ini. Penderitaan dan ketidak nyamanan ini ternyata tidak akan pernah berakhir, fikirku saat itu.

       Sampai saat ini, menginjak semester VIII di UNM, saya sudah melewati perjuangan yang begitu berliku liku. Terombang ambing diantara kerasnya dunia Fisika yang dari awal bukan menjadi hal menarik buat saya. Berusaha mendapatkan sesuatu yang bisa saya bagikan di kehidupan selanjutnya. Karena sepenuhnya saya sudah menyadari akan jadi apa dan siapa saya nanti. Berusaha bangkit dan berdiri tegak dan berjalan melewati apa yang menjadi tantangan perjalanan cerita ini, iya cerita tentang Fisika Dan Perjuangan Saya. Dan pada akhirnya saya menyadari bahwa saya mampu melewati itu semua. Siap untuk perjuangan dan cerita tentang Fisika selanjutnya

*) dedicated for my SMP, SMA and College classmates.

Saturday, January 25, 2014

BILI BILI, CDC dan Mereka

Sabtu 25 Januari 2014, baru kali ini saya bangun pagi sekali. Tepat pukul enam lebih 15 menit mata saya terbuka mengawali cuaca pagi yang tak begitu cerah seperti biasanya dimusim penghujan tahun ini. Saya masih terbaring ditempat tidur menyaksikan teman serumah saya (prof) Yudi Latief asik bergelut dengan notebook dihadapannya. Rupanya dia sudah lebih dulu terjaga dari tidurnya. Dengan penuh semangat saya berusaha melawan rasa kantuk pagi ini, walaupun malam tadi saya baru bisa beristirahat pukul dua dini hari lewat sekian menit.
Hari ini ada agenda penting yang harus saya selesaikan, dan kebetulan bersama dengan teman serumah saya. Iya, pagi itu juga saya harus bergegas meyiapkan diri untuk bersegera ke lokasi checkpoint, Menara Phinisi lanta 1. Dengan rasa kantuk yang masih begitu kuatnya, saya segera kekamar mandi dan melakukan rutinitas pagi disitu. Setelah semuanya siap, saya dan teman saya bergerak menuju kelokasi menggunakan sepeda motor. Setiba disana sana kami berusaha mencari teman teman lainnya. Setelah mengecek jam di handphone saya, pukul delapan kurang 10 menit, kemudian timbul beberapa pertanyaan, mungkin kita datang terlambat ? Jangan sampai teman yang lain sudah berangkat ?. Sempat terjadi perdebatan kecil tentang waktu pemberangkatan. Dan untuk memastikan itu saya kembali mengecek pesan singkat di social media yang dikirimkan oleh kakak Hilman Wirawan, S.Psi, sebut saja wakil direktur dilembaga tempat kami bekerja. Syukurnya perkiraan saya lebih tepat , karena isi pesan tersebut mengarahkan untuk berkumpul tepat pukul 8 pagi, dan pada kenyataan kami berdualah yang datang lebih awal.
Di lantai 1 menara phinisi kami mencari posisi yang tepat untuk menunggu kedatangan teman teman yang lainnya. Iya, di pagi hari yang mendung  ini, kami  akan menuju kesuatu lokasi yang kerap dikenal dengan nama Bili Bili, sebuah tempat yang lebih terkenal dengan waduk besar yang dimanfaatkan untuk bendungan air (water dam). Kami bertujuan untuk melakukan sebuah kegiatan tahunan sebuah lembaga atau yang biasa disebut dengan rapat kerja ( RAKER). Hal ini berawal dari beberapa bulan yang lalu saya bergabung disebuah lembaga di kampus saya. Career Development Center, lembaga inilah yang kemudian menjadi wadah untuk saya dan teman teman yang lain mengembangkan potensi potensi yang kami miliki untuk mengadakan kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan visi misi lembaga.
Sesat kemudian sosok lelaki muda datang menyapa kami berdua, iya dia adalah Wawan Kurniawan cS.Pd., kemudian disusul oleh seorang teman yang lain Muh. Aras cS.Pd., dan Roy Marthen L, cS.Pd* (*cS.Pd : calon sarjana pendidikan). Beberapa saat kemudian kak Whyudin, S.Pd., dengan seorang wanita yang lebih tua sedikit dari saya pun tiba dilokasi checkpoint. Beliau datang dengan sang kekasih  kak  Martina. Setelah itu ada kak Hartoto, S.Pd., dan kemudian kak Hilwan Wirawan, S.Psi., beserta rombongannya menyusul dengan sebuah Suzuki ertiga abu abu. Tepat pukul 10 lebih 20 menit semua rombongan sudah berkumpul di lantai 1 phinisi. Setelah itu kami bersiap untuk menuju kelokasi tujuan. Beberapa dari kami ada yang berkendara dengan sepeda motor. Berhubung cuaca sedang hujan, kami sudah mempersiapkan segalanya untuk perjalanan hari ini. Mulai dari mempersiapkan rain coat, dan kesiapan untuk mejaga kondisi tubuh tetap fit untuk melakukan kegiatan nantinya
Berangkat dari menara phinisi menempuh perjalanan ke Bili Bili dengan penuh semangat yang luar biasa, jadi hal yang menginspirasi untuk menuangkannya dalam tulisan ini. Dalam perjalan yang kami tempuh sekitar 30 menit itu, ada beberapa kendala yang sempat timbul. Di perjalanan sempat terjadi kebingungan, kami terpisah dengan rombongan wakil direktur, berhubung sebagian dari kami tidak begitu tahu akan lokasi yang dituju. Namun dengan semangat dan keinginan yang kuat, kami melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa menit menempuh perjalanan barulah kebingungan itu lenyap, setelah kami mendapati mobil Mitsubishi Outlander sport hitam terparkir ditepian jalan yang tak lain adalah kendaraan dari Direktur CDC, Prof. Dr. Muh. Jufri, M.Psi. Rupanya beliau tiba lebih awal dan menunggu kami disana sembari menikmati jagung rebus disebuah warung yang dia singgahi. Dengan senyum manis menyeringai saya menghampiri dan meyalami beliau, begitu juga dengan teman teman yang lain. Setelah sesaat bercengkrama, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bili Bili.
***
Setelah sampai disebuah tempat berukuran kurang lebih  6 x 7 m2 kami pun merapatkan kendaraan masing masing. Tepat didepan pondok itu terhampar pemandangan khas waduk Bili Bili dengan udaranya yang sejuk. Berhubung beberapa teman yang lain blum tiba kami meyempatkan menikmati pemandangan, bercengkrama dengan bapak direktur. Iya bukan Prof. Jufri jika tak ada guyonan guyonan yang bisa membuat orang orang terpingkal. Sesaat kemudian yang ditunggu akhirnya sudah sampai. Karena semua sudah dipersiapkan, agenda RAKER pun dimulai. Diawali dengan pembukaan yang sederhana dan rangkaian demi rangkaian acarapun berlangsung dengan sederhana ditemani dengan pemandangan yang membntang disekitar lokasi RAKER.

Setengah agenda RAKER terselesaikan, kami pun menyelingi dengan shalat Dhuhur berjamaah di pondok itu. Setelah selesai sholat kami melanjutkan untuk makan siang dengan hidangan khas pondok tersebut. Semua terlihat asik menikmati hidangan makan siang dengan begitu lahapnya. Ditemani dengan candaan candaan kecil dimeja makan itu, nampak kebersamaan yang begitu luar biasa diantara kami. Sembari bercengkrama dan tak terasa saya sudah menyelesaikan acara makan siang saya. Saya bersegera mengambil posisi ditepian pondok menikmati bentangan alam yang memukau siang tadi dengan udaranya yang sejuk. Selepas makan siang. RAKER dilanjutkan kembali, mulai dari pembahasan program kerja, motivasi dan dorongan dari bapak direktur. Tepat pukul empat lebih lima menit agenda RAKER sudah terselesaikan. Kami bersiap untuk kembali pulang ke tempat tinggal masing masing.
Pembaca yang terhormat, sebenarnya point penting didalam tulisan saya kali ini, bukan mengenai RAKER yang saya lakukan hari ini. Tetapi kebersamaan dan semangat yang saya dapati hari ini. Keakraban yang dibagikan oleh seorang Professor yang popular dikalangannya hari ini, adalah hal yang sangat menginspirasi buat saya untuk mengabadikannya dalam tulisan ini. Berbeda dengan sosok professor pada umumnya diluar pemikiran saya, adalah priorotas utama saya mengabdikan diri dilembaga ini. Berawal dari bergabung ke lembaga ini, saya berkeinginan untuk belajar bnyak dari pribadi Beliau, dalam aspek apapun itu. Karena saya sudah meyakini bahwa saya sudah mendapat sosok yang tepat untuk menjadi panutan saya. Tidak terlepas dari semua itu, didalam lembaga ini saya dan beberapa teman saya yang bisa disebut pemula, ditemani kakak kakak yang benar benar kompetitif yang juga turut melahirkan semangat dan inspirasi untuk meniti langkah awal kesuksesan saya. Lewat tulisan ini saya menghaturkan ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa, dan rasa terima kasih yang mendalam untuk Bapak Direktur Career Development Center (CDC) Prof. Dr.  Muh. Jufri, S.Psi., M.Psi., dimana beliaulah yang menjadi pasak utama inspirasi dan semangat saya kali ini. Kepada wakil direktur CDC kakak Hilman Wirawan dan juga buat kakak Hartoto, yang selalu memberi arahan dalam mengembankan potensi diri kami masing masing. Kepada kakak Wahyudin MY yang juga baru bergabung ke CDC. Kepada rekan rekan seperjuangan saya Yudi Arianto, Muh. Aras, Roy Marthen dan Wawan Kurniawan.
“Semoga kebersamaan dan semangat yang saya dapati hari ini menjadi awal yang baik untuk CDC kedepannya dan saya sendiri khususnya. Berharap ini menjadi pembuka untuk kesuksesan yang menanti saya dikemudian hari, Amin”.

*) Sabtu 25 Januari 2014, Story of A Little Pen
















Tuesday, January 21, 2014

Amarah dkk.

       Hari ini, saya masih terjaga di depan notebook kecil berukuran 11" sembari membuka beberapa website di internet dan mencari bacaan bacaan yang menarik. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 4:02 am, mata saya tetap saja masih betah tanpa rasa ngantuk sedikitpun. Sewaktu berhadapan dengan prof Googleentah mengapa langsung terfikirkan untuk mencari bacaan tentang cerita motivasi hidup. Langsung saja saya memindahkah keyword itu dari benak saya ke mesin pencari google. Begitu hasil pencarian tampil saya langsung saj mengklik link yang paling pertama. Di halaman itu saya mendapati sebuah tulisan yang berjudul "Marah dan Putus Asa". Saya pun mulai menelusuri kata demi kata, mencari apa sebenarnya makna dari tulisan itu. Begitu saya sampai di paragraf terakhir, saya mendapati susunan kalimat yang tiba tiba menggugah hati saya.

"Kadangkala disaat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi ternyata sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri. 

Mengapa ? Karena perkataan dan perbuatan disaat kita marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali kemudian hari ... " (source : iphincow.com)
           Begitu saya selesai membaca tulisan ini serasa seperti terpukul, spontan saya beristigfar teringat sering kali ketika emosi saya memuncak saya selalu ingin mencaci, memaki dan masih banyak lagi hal hal yang memang nyata saya sesali setelah amarah saya meredam. Logis memang bahwa tak ada satupun kebaikan yang didapat dari hasil amarah melainkan mudharat atau keburukan. Saya berharap saya bisa lebih sabar dan lebih bisa mengendalikan sifat amarah yang cenderung menjerumuskan pada hal hal buruk. Mudah mudahan lewat tulisan singkat ini, teman teman semua menyadari betapa buruknya amarah itu. Dan tidak ada satupun kebaikan didalamnya.





Serpihan Rindu


Puisi oleh : Idil Akbar

Termanggu aku dibawah pekatnya langit
Terdiam, terpaku dalam keheningan
Hanya sunyi, begitu tenangnya
Kupilih menyendiri dalam diamku

Sesekali  mataku terpejam
Terbuai begitu dalam menapaki lamunanku
Hingga terperanjat sendiri dan terjaga
Ku masih tetap sendiri

Entah apa gerangan rasa ini
Dalam sepi ia gelisah
Selalu terjaga dari kerinduan
Yang begitu cepat menyapanya

Dan disaat malampun beranjak pergi
Ku sadar aku masih tetap sendiri
Meski begitu sesaknya
Ku coba mengalahkan sepi

Ku hanya ingin terlelap
Larut  bersama mimpi tentangmu
Dan disaat esok telah tiba
Berharap dirimu ada disampingku

*) Tuesday 21th January 2014, Story of A Little Pen

Monday, January 20, 2014

Karena Bidikmisi Saya Jadi Mahasiswa

            Sejak di SMA saya bercita cita menjadi seorang professor.Dimana ini terinspirasi dari seorang tokoh yang menjadi kebanggaan saya semasa sekolah dulu. Hal ini juga yang memotivasi saya untuk bersungguh sungguh untuk meraih prestasi di bangku SMA. Masa masa SMA telah usai. Pengumuman hasil UN pun telah dikeluarkan. Dan hasilnya memuaskan. Saya lulus dengan peringkat V terbaik disekolah. Bagiku itu adalah prestasi yang membanggakan, begitupun dengan ketua orang tuaku. Selepas dari SMA, hampir semua teman kelasku mempersiapkan diri untuk mengikuti tes SBMPTN yang diadakan di seluruh PTN di Indonesia.
        Mengawali hari hari itu, selalu terkuak dibenakku cita cita yang sudah saya impikan sejak dulu. Mungkinkah saya juga bisa seperti mereka melanjutkan study di perguruan tinggi. Akan kah saya beranjak dari kampung halamanku. Menimbah ilmu demi menjadi seorang Professor, seperti yang saya cita citakan. Hari hari berlalu, dan saya masih terdiam dengan lamunan itu. Banyak hal yang menghantui pikiranku, pertanyaan pertanyaan silih berganti muncul yang bahkan aku tak tahu apa jawabannya saat itu. Dan suatu ketika saya melontarkan sebuah pertanyaan kepada orang tuaku. “Ma’, pak,, mau ka juga ke Makassar, mau ka mendaftar masuk kuliah, ada ji uangta bisa saya pake dulu ?. mendengar pertanyaan tersebut, beliau tidak langsung menjawab. Terlihat jelas di raut wajah mereka, memikirkan apa yang baru saja saya tanyakan. Tiba tiba, dengan nada pelah ayah ku menjawab. “Insya Allah nak, nanti saya usahakan pinjamkan ki uang. Mau sekali juga kita kasi sekolah ki nak, tapi kamu liat sendiri ji ini keadaannya bapak, apa apa serba kekurangan’.
          Sesak tiba tiba terasa didaku saat itu. Bukan karena kecewa dengan jawaban beliau, tidak lain karena mengingat selama ini beliau sudah berusaha bercucuran keringat mencari nafkah untuk menyekolahkanku dan adik adiku sampai selesai di bangku SMA. Saya takut beliau kecewa tak mampu memnuhi keinginan saya. Saya takut menambah beban fikiran mereka yang sudah penuh dengan berbagai macam persoalan kehidupan.
                                                                    ***
      
      Dua pekan sebelum SBMPTN dilaksanakan, saya sudah berada di kota Makassar. Menanti pengumuman hasil seleksi PTN PMDK C atau lebih di kenal dengan program beasiswa BIDIKMISI, sekaligus mendaftarkan diri mengikuti tes SBMPTN. Beruntung ada keluarga yang bersedia menampung saya selama di Makassar. Saya pun segera mendaftarkan diri, dan Alhamdulillah hari itu juga kartu tes SBMPTN sudah ada di tangan saya. Beberapa hari yang tersisa saya gunakan untuk mereview kembali pelajaran saya semasa SMA. Saya sudah bertekad, jika saya tidak lulus seleksi Bidikmisi, saya harus lulus SBMPTN, agar bisa jadi seorang Mahasiswa.
       Hari hariku pun terlewati di kota ini, sampai akhirnya tibalah hari yang menegangkan buat saya, pengumuman hasil seleksi Bidikmisi. Saya pun bersegera ke kantor BAAK UNM dengan berbagai macam perasaan saat itu. Setiba disana saya, saya pun mulai mecari, bertanya kepada beberapa orang. Dan akhirnya saya sampai pada sebuah tempat yang penuh kerumunan orang yang sebaya dengan saya. Saya mencoba menyelinapa mencari tahu, dan ternyata saya mendapatkan sebuah papan putih di penuhi dengan tempelan daftar nama nama ratusan orang bertuliskan “ Nama nama yang dinyatakan lulus seleksi PMDK A, B dan C”. Saya mengalihkan penglihatanku ke daftar nama nama yang lulus PMDK C. Mulai mencari dari daftar nama yang pertama dengan perasaan yang berdebar debar tak menentu.
         “IDIL AKBAR”, tertulis jelas didepan mata saya. Rasa syukur yang luar biasa terucap didalam hati saya ketika itu. Haru bercampur bahagia, Tuhan telah menjawab doa doa saya selama ini. Doa doa orangtua saya yang tentu dengan harapan yang besar bisa melihat saya bersekolah di sebuah Universitas ternama di Makassar. Hari itu adalah hari penentu masa depan saya, hari yang amat bahagia, LULUS menjadi mahasiswa di jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam  Universitas Negeri Makassar (UNM). Segera kabar baik ini sampai ke telinga kedua orang tua saya, disambut rasa haru dan rasa syukur yang amat dalam. “Syukur Alhamdulillah nak, Tuhan memang selalu memberkahi orang orang yang butuh pertlongan-Nya”,kata kata yang terucap dari beliau ketika itu. Saya pun bergegas untuk mengikuti arahan selanjutnya. Memenuhi semua kelengkapan berkas yang dibutuhkan. Seleksi SBMPTN yang tadinya sudah saya persiapkan terabaikan.
                                                                        ****
          Penyambutan Mahasiswa Baru di gedung Celebes Convention Center (CCC), adalah hari dimana saya resmi menjadi seorang mahasiswa UNM, dan langkah awal menuju kesuksesan saya. Hari hari sebagai mahasiswa terlewati begitu cepat, berkenalan dengan teman teman baru, ilmu pengetahuan yang baru dan berbagai macam hal baru. Dan berkat program beasiswa BIDIKMISI, saya bisa meginjakkan kaki di jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar.
           Tiga bulan berlalu, di akhir bulan December 2010, Bidikmisi mengadakan sebuah program pelatihan pembetukan karakter atau Character Building Training (CBT), yang betujuan membentuk dan membangun karakter mahasiswa agar dapat berkompetisi dalam bidang akademik maupun non akademik. Sungguh suatu kegiatan yang lur biasa, dimana di pandu oleh orang orang yang luar biasa. Dan lagi lagi ini berkat BIDIKMISI sehingga saya bisa berbagi ilmu dengan mereka. Berawal dari kegiatan tersebut, tekad untuk mencapai kesuksesan saya semakin besar. Saya memulai memperluas komunikasi, berteman dengan banyak orang yang luar biasa. Bergabung dalam sebuah paguyuban yang dinamakan Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (IKBIM) UNM, dan menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan.

        Saat ini saya telah menghabiskan waktu selama hampir tujuh semester di Universitas tercinta ini, Universitas Negeri Makassar, berkat doa doa dan perjuangan orang tua dan keluarga saya, dan tentunya berkat program Beasiswa Bidikmisi. Saya tak mampu membayangkan apa jadinya saya jika saja tidak berada di tempat ini. Saya merasa impian saya sudah semakin dekat. Dan saya mensyukuri semua apa yang telah di berikan oleh-Nya. Sungguh suatu kebahagiaan yang teramat sangtat luar biasa. 



Dan sekali lagi semua karna BIDIKMISI saya bisa jadi seorang Mahasiswa. Terimakasih BIDIKMISI





*wrote for all of my special people