Sunday, June 1, 2014

Galau galau Skripsi

Kalau bicara masalah "galau", bahasa gaul trend masa kini, paling dekat persepsi orang orang terdekat itu masalah hati. Galau katanya  identik dengan persoalan perasaan, persoalan hati, entah itu dengan kekasihnya, atau mungki juga gebetannya. Interpretasi GALAU yah tak jauh jauh dari situlah. Salah satu kosa kata baru yang begitu cepat merambah di kalangan remaja zaman ini. Sebuah pernyataan yang menyuratkan tentang perasaan seseorang yang lagi bingung, bimbang bahkan gelisah tak menentu (*lebaiiii). 

Namun lain cerita, lain kasus dengan apa yang sedang saya alami saat ini. Subtansinya mungkin masih pada ranah perasaan, tapi objeknya saja yang berbeda, bukan lagi manusia. Yah, mungki lewat tulisan ini saya akan menyatakan kalau saya sedang galau, dan saya akan berbagi sedikit cerita tentang itu.

Akhir akhir ini kepala saya sering dipenuhi dengan satu sosok yang sangat menggemaskan. Skripsi namanya, sapaan akrabnya di kampus. Sebuah tugas yang menjadi pertanggung jawaban akhir untuk meraih gelar sarjana di lingkup perguruan tinggi pada tataran Strata Satu (S1). Selama perjalanan menempuh pendidikan di bangku kuliah, yang notabene dari semester 1 sampai pada semester 6. Saya enjoy enjoy dengan benda itu. Saya acuh tak acuh melihat senior senior saya yang mondar mandir ruang dosen seperti yang saya lakukan belakangan ini. 

Saya tak pernah mau ambil pusing dengan itu, toh yang selalu ada di benak saya cuman perkataan "ahh... ada ji nanti teman teman ku bantuka, selesai tonji nanti itu". Tanpa pernah memikirkan apa sebenarnya kesulitan yang ada didalamnya. Satu mata kuliah dengan jumlah kredit 4 SKS, itu saja yang terfikirkan. Selama ini saya enjoy dengan kebiasaan kuliah yang hadir di kelas, mengerjakan tugas dari dosen, ikut UTS dan UAS setelah itu menunggu nilai nya keluar. Dan akhirnya saya baru menyadari klo mindset saya tentang SKRIPSI itu salah. 

Jauh berbeda dengan mata kuliah pada umunya, jumlah tatap mukanya bukan hanya sekali dalam seminggu. Tapi bisa saja setiap hari (senin - jumat) dalam seminggu, dan kerja ekstra di rumah pun butuh waktu dari biasanya. Itu baru permasalahan yang saya hadapi pada perkenalan awal dengan skripsi. Dan permasalahan itu terus bertambah ketika saya melewati tahap awal yaitu seminar proposal, yang menjadi pembuka pintu selamat datang di kesibukan dunia kampus yang sebenar benarnya.

Diawali dengan seminar proposal di akhir bulan april lalu, tepatnya pada tanggal 24 April 2014. Saya berdiri di hadapan belasan dosen mempertanggung jawabkan sebuah rencana awal penelitian saya. Silih berganti dosen dosen tersebut memberikan kritikan dan masukan. Yang sempat membuat saya terduduk kaku. Dan dengan semangat yang besar saya mampu melalui hari itu dan menghadirkan persoalan baru yang tak kalah rumitnya. 

Selepas seminar itu, saya sudah harus mondar mandir di ruangan dosen, meminta persetujuan dan revisi dari proposal saya. Disuruh inilah itulah, sampai akhirnya beban itu menumpuk dan hampir tak bisa saya atasi. Sampai pada hari ini saya masih memutuskan untuk tetap mengacuhkan, sampai saya merasa sudah siapa berhadapan kembali dengan  SKRIPSI  itu !!!!!

*1st June 2014
#Story of A Little Pen

0 comments :

Post a Comment