Wednesday, January 29, 2014

FISIKA dan Perjuangan Ku

       Hmmm, saya mau berbagi cerita lagi sama teman teman semua, mungkin kali ini judul tulisan saya agak aneh yah. Itu kalau menurut saya, entahlah bagaimana tanggapan kalian. Yap, tulisan saya kali ini memuat cerita tentang Fisika. Eits, jangan salah tanggap dulu yah, saya bukan mau ngajarin rumus rumus kok, cuman mau berbagi pengalaman aja. Yah sekaligus buat kenang kenangan kalau saya sudah tua nanti.

     “Fisika”, dari dulu sampe sekarang pun saya masih biasa bingung sendiri, kok bisa bisanya saya yang lebih minat dan tertarik sama pelajaran bahasa inggris, setelah lulus SMA malah mendaftarkan diri ngambil jurusan Fisika ini, bener bener aneh. Mungkin seru kali yah klo sayanya flashback dulu. Di SMP dulu, saya itu mulai kenal fisika dari kelas 1. Cukup kaku sih, soalnya awal perkenalan dengan fisika itu tidak begitu mengenakkan. Setelah jam pelajaran berganti, malah disuruh masuk disebuah ruangan yang mirip gudang penyimpanan barang. Ada timbangan lah, botol botol minuman, bahkan ada pelita yang minyaknya berwarna ungu (lampu spiritus) dan masih banyak benda benda asing yang baru saja saya temui. Tapi saya akui itu tidak berlangsung lama, pada kenyataannya saya begitu cepat tertarik untuk berkenalan lebih jauh.

      Salah satu yang buat saya tertarik dengan Fisika di masa SMP dulu itu Guru saya namanya Ibu Ester (buat mengenang beliau dan jasa jasanya). Iya, seorang guru yang dari awal pertemuan sudah terlihat aneh. Kenapa saya tertarik, karena sewaktu belajar Fisika biasanya guru saya ini membagi bagikan permen, biar tidak terlalu tegang katanya, sedangkan peraturan sekolah itu tidak membolehkan siswa makan apapun  didalam kelas, nah loh kok ini malah gurunya yang ngasi permen, bener bener double  anehkan. Dan belakangan, saya baru tahu kalo Guru saya ini ada gangguan mental semenjak anaknya meninggal dunia (mengharukan…), namun begitu saya sangat sangat menghargai perjuangan beliau membagikan ilmunya. Yah itulah sepenggal kisah unik tentang apa yang saya lalui dengan Fisika di masa saya SMP.

         Perjalanan cerita berikutnya itu kembali ke masa masa saya bertemu dengan Fisika di bangku SMA. Berhubung saya sudah tahu Fisika itu siapa dan bagaimana, bukan sesuatu yang sulit buat saya meyesuaikan diri di tempat yang baru ini. Perjalanan saya dengan Fisika di kelas 1 SMA itu bisa dibilang a wonderfull experience. Mengapa ? Karena semenjak di kelas 1 SMA, Fisika masuk nominasi kategori mata pelajaran Favorit. Dengan seorang Guru tua lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, bapak Ir. Mahmuddin (untuk mengenang beliau) saya berkenalan dengan Fisika lebih jauh lagi sampai pada seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten. Dan berawal dari sinilah persahabatan saya dengan Fisika mulai merapuh. Saya menemukan betapa sulitnya bagi saya untuk mampu mengerti tentangnya* (*fisika.red) didalam persoalan yang lebih rumit dan kompleks dengan rumus – rumus. Oh God, rasanya saya ingin mencampakkannya dan membuangnya jauh jauh dari kehidupan saya. 

       Beranjak ke kelas 2 SMA, rasanya saya semakin kelam dan jauh dari Fisika ini, ditambah saya bertemu dengan Guru yang killer alias tegas dan suka marah marah. Saya berada dalam kondisi yang cukup membingungkan. Diantara perasaan yang sebenarnya tidak ingin tahu lagi tentang Fisika namun keadaan dan kondisi yang memaksakan karena saya masuk di Jurusan IPA di bangku kelas 2. Disinilah cerita kelam tentang saya dan Fisika ini dimulai. Mengikuti pelajaran normal setiap hari seperti saat di kelas 1 namun dengan perasaan yang berbeda dan tidak begitu menyenangkan. Hari hari saya cepat berlalu, melewati ulangan harian, ujian tengah smester, ujian akhir semster dan sampai saat penerimaan rapor saya selalu mendapati nilai saya yang sangat sangat tidak memuaskan. Saya merasa perjuangan saya untuk menyesuaikan diri begitu sia sia. Cerita kelam ini berlanjut hingga saya memasuki tahun ajaran baru dibangku kelas 3 SMA. Nilai mata pelajaran fisika yang tidak memuaskan selalu menjadi sesuatu yang menghantui fikiran saya. Dan lebih buruk lagi ketika menjelang Ujian Nasional yang menjadi puncak akhir cerita saya dengan Fisika di bangku SMA. Saya tetap berusaha untuk berjuang mengakhiri cerita ini namun pada akhirnya saya tetap mendapat angka 7 di Ijazah SMA untuk nilai mata pelajaran Fisika.

    Setamat SMA saya berfikir kalau penderitaan ini sudah berakhir untuk selamanya. Melangkah ke perjalanan selanjutnya di bangku kuliah, saya berniat mengambil dua pilihan jurusan, Teknik Pertambangan di Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun apa daya saya yang hanya bisa mengatur rencana namun Tuhan berkehendak lain. Paman saya yang notabene seorang dosen Fisika menawarkan beasiswa dan mengambil jurusan yang sama, FISIKA. Oh GOD rasanya saya ingin berteriak sekeras kerasnya mendapati kenyataan pahit ini. Penderitaan dan ketidak nyamanan ini ternyata tidak akan pernah berakhir, fikirku saat itu.

       Sampai saat ini, menginjak semester VIII di UNM, saya sudah melewati perjuangan yang begitu berliku liku. Terombang ambing diantara kerasnya dunia Fisika yang dari awal bukan menjadi hal menarik buat saya. Berusaha mendapatkan sesuatu yang bisa saya bagikan di kehidupan selanjutnya. Karena sepenuhnya saya sudah menyadari akan jadi apa dan siapa saya nanti. Berusaha bangkit dan berdiri tegak dan berjalan melewati apa yang menjadi tantangan perjalanan cerita ini, iya cerita tentang Fisika Dan Perjuangan Saya. Dan pada akhirnya saya menyadari bahwa saya mampu melewati itu semua. Siap untuk perjuangan dan cerita tentang Fisika selanjutnya

*) dedicated for my SMP, SMA and College classmates.

2 comments :

Unknown said...

(Y) nice kak

Unknown said...

Makasihhh dek :)

Post a Comment